Jakarta , 31 Mei 2013
Teruntuk anak lelakiku..
Nak, meskipun ibu tahu surat ini tak mungkin sampai ke tanganmu,tapi ibu tetap ingin menuliskan surat ini untukmu, semoga kalau Allah SWT meridhoi dan atas kehendaknya , kamu akan bisa membaca surat ini kelak.
Sebelumnya, aku ingin memperkenalkan diri dulu kepadamu nak, akulah ibumu, ibu yang melahirkanmu di tengah malam yang dingin 23 tahun lalu, di sebuah rumah sakit bersejarah di kota sejuk Bandung.
Kamu tahu nak, melahirkanmu adalah salah satu kebahagiaan terbesar buatku selama hidupku, engkau seakan menghapus duka nestapa ibu selama mengandungmu dan kehilangan ayahmu karena kecelakaan tragis yang merenggut nyawanya ketika kamu masih berusia 7 bulan dalam kandungan ibu.
Apa kabarmu nak, kamu pasti sudah jadi jejaka gagah sekarang dan sudah duduk di bangku kuliah. Kamu pasti segagah ayahmu yang tak sempat kamu lihat. Ibu juga yakin kamu pasti mewarisi kecerdasan ayahmu juga kakekmu yang seorang dokter.
Anaku terkasih yang tak sempat kuberi nama..
Lewat surat ini ibu meminta maaf kepadamu, bukan ibu menelantarkan kamu dan menghilang meninggalkan kamu. Justru bertahun-tahun sampai hari inipun ibu masih terus mencari kamu dan berharap masih bisa memelukmu sekali saja meskipun untuk terakhir kalinya.
Anakku sayang
Masih terbayang dan tak pernah hilang dalam ingatan ibu sampai usia ibu 45 tahun ini, tahun 88-90 adalah masa-masa yang sangat membahagiakan ibumu. Waktu itu ibu dan ayahmu masih sangat muda, masih penuh gejolak dan gairah anak muda. Sayangnya cinta ayah dan ibu yang sangat besar mendapat halangan dari nenek dan kakekmu dari pihak ayah maupun ibu. Perbedaan Agama yang menjadi penyebabnya.
Namun cinta kami berdua mengalahkan segalanya, akhirnya hadirlah kamu dalam rahim ibu, buah cinta kami berdua..ayah dan ibumu.
Ibu tak punya keberanian untuk mengungkap kejadian ini kepada keluarga ibu, tak sanggup rasanya membuat malu orang tua ibu pada masa itu. Ayah kamu bukan orang yang tak mau tanggung jawab, namun lagi-lagi kendala persetujuan kakek dan nenekmu yang tak diperolehnya membuat ibu pasrah tidak diresmikan secara hukum dan syariat, namun ibu tetap mempertahankan kehidupanmu dalam rahim ibu, sampai kamu lahir kelak.
Masa-masa kehamilanmu, ibu sangat bahagia sekali nak, terkadang meskipun ibu hanya tidur sendiri di kamar kost di Bandung, dan ayahmu tidur di kamar di rumahnya yang nyaman, ibu sudah sangat bahagia, karena ibu seperti ada yang menemani, kamu…kamu mengajak ibu becanda dengan menendang perut ibu.
Kadang ibu mengajak kamu ngobrol, membacakan salawat dan berdoa agar kamu nanti jadi anak yang sholeh, berguna bagi sesama dan tidak mengecewakan ibu.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih nak.. Menjelang 7 bulan kamu berada di rahim ibu, menjelang ibu ingin merayakan “nuju bulanan” kamu meskipun kita cuma bertiga, kamu, ibu dan ayahmu.. tiba-tiba saja datang berita menggelegar.. ayahmu dan kakekmu kecelakaan di daerah nagrek dan mereka berdua tewas dalam kecelakaan itu.
Anakku… bisakah kamu bayangkan betapa hancurnya hati ibu saat itu.. cuma ayahmu yang ibu harapkan saat ini… nenekmu dari pihak ayahmu , sudah barang tentu tak peduli lagi pada ibu, ibu sudah tidak bisa menuntut apa-apa pada nenekmu…apalagi yang akan ibu tuntut, ayahmu sudah tak ada.. mungkin sudah takdir Allah ibu harus membesarkanmu sendiri..
Kamu .. ya kamu nak.. hadirnya kamu yang membuat semangat hidup ibu tetap ada, ibu harus semangat, sehat dan harus mencari cara supaya kamu bisa lahir dengan selamat, supaya kamu sehat, dan ibu akan membesarkan kamu supaya ayahmu bangga dan bahagia melihatmu.
Dua bulan kemudian, Tepatnya hari Rabu malam, tanggal 31 Oktober 1990. Pukul 23.08... di RS Hasan Sadikin Bandung, dengan pertolongan dokter Gunawan dan dr Damayanti, serta dibantu oleh suster kepala Tati, lahirlah seorang anak lelaki, putih bersih dan ganteng sekali dengan berat badan 3Kg dan panjang 49cm.. . ITU KAMU !!
Kamu yang ibu tunggu tunggu… akhirnya kita bertemu nak.. dengan penuh haru dan rasa syukur.. ibu pandangi wajahmu saat menyusuimu untuk yang pertama kalinya..
Kamu begitu ganteng, putih.. hidungmu mancung seperti hidung ayahmu.. kamu juga tinggi seperti ayahmu… ah andai saja ayahmu masih ada.. pasti dia juga bahagia sekali melihat kehadiranmu.. ibu membayangkan, lengkaplah kebahagiaan ibu jika ada ayahmu, meskipun ibu melahirkan jauh dari keluarga ibu di Kota lain di Banten sana..
Nenekmu dari ayahmu… tak sekalipun membesuk ibu saat di rumah sakit, tak sekalipun menengok kamu, cucu pertama dari anak tunggalnya yang sudah tiada. Beliau hanya mengirimkan orang utusannya untuk membayar biaya persalinan ibu..
Anakku tercinta…
Berat sekali rasanya ibu melangkah pulang dari rumah sakit sendirian dan kembali ke kost ketika dokter melarang ibu membawamu pulang karena kondismu yang belum stabil dan harus masuk inkubator karena bilubirinnya masih kurang.
Dengan mata berkaca-kaca, ibu pandangi kamu yang ada di dalam ruang inkubator.. ibu pulang dulu nak.. dua hari lagi ibu akan jemput kamu, dan kita main sepuasnya nanti di rumah.
Tapi rupanya pertemuan dua hari lalu itu adalah pertemuan terakhir kita nak… itulah hari terakhir ibu melihatmu nak…
Betapa hancur hati ibu, ketika dua hari kemudian ibu kembali ke RS, ibu mendapat kabar bahwa kamu sudah ada yang jemput..sudah diambil oleh utusan nenekmu.
Saat itu juga ibu langsung ke rumah nenekmu, dan semakin hancur hati ibu ketika di rumah itu tak ada orang.
Berhari hari ibu bolah balik ke rumah nenekmu.. masih tak ada orang juga, seminggu, dua minggu, sebulan.. dua bulan.. bahkan ibu terus mencari ke kampung halaman nenekmu dengan informasi yang sangat minim, karena ibu tak tahu di mana alamat jelas kampung nenekmu, bahkan nama asli nenekmupun ibu tidak tahu..
itulah kesalahan terbesar ibu, ibu tidak tahu saudara-saudara dan asal usul ayahmu… karena ibu terlalu mencintai ayahmu, terlalu percaya ayahmu, ibu tak peduli asal usulnya.
Berhari-hari ibu hanya menangis dan menangis.. apalagi ketika payudara ibu mengeras..dan air susu membajiri badan ibu, ibu kangen sekali kamu menghabiskan air susu ibu.
Setahun…kamu masih belum diketahui keberadaannya, ibu nyaris putus asa dan menghabiskan hidup ibu, rasanya sudah tak ada lagi gunanya ibu hidup tanpa kamu di sisi ibu. Ibu yang sudah hancur karena meninggalnya ayahmu.. semakin hancur karena kehilanganmu.. Tapi ketika mengingatmu, membayangkan kamu kelak dewasa nanti membuat semangat ibu untuk mencari kamu terus bergelora.. ibu harus bangkit !!.. ibu harus semangat dan tidak boleh terpuruk terus.. !!. Itu sebabnya ibu ingin segera punya banyak uang .. ibu harus bekerja supaya banyak uang, untuk biaya mencari keberadaan kamu… saat itu ibu masih muda.. semangat mencari kamu yang membuat ibu begitu semangat mencari uang, ibu tak peduli lagi di mana ibu harus bekerja. Ibu tak menolak ketika satu pabrik tempat ibu melamar kerja di daerah Serang menawarkan ibu untuk bekerja di korea dangan imbalan gaji yang jauh lebih besar dari pada kerja di pabrik di Indonesia.
Dua tahun lamanya ibu bekerja di Korea, Bukan ibu melupakanmu selama di Korea, ibu masih terus minta tolong orang yang bisa ibu percaya untuk melacak keberadaanmu, ibu kirimkan uang untuk biaya pencarianmu itu, namun tak ada hasilnya. Kemudian ibu pulang kembali ke Indonesia dengan bekal uang hasil kerja dua tahun di Korea, ibu berkeliling kembali ke tempat-tempat yang diperkirakan adalah daerah keluarga nenek atau kakekmu berada.
Rumah nenek dan kakekmu di Bandung ternyata sudah di jual, dan tak satupun tetangga yang memberitahukan kemana nenekpun pindah. Entah memang nenekmu tak memberitahu tetangga atau entah mereka tutup mulut meskipun ibu sudah menceritakan siapa ibu dan maksud ibu mencari nenekmu.
Ibu juga minta bantuan orang pinter, mereka bilang kamu masih hidup.. hidup nyaman bersama nenek tua.. ibu lega mendengarnya..
Anakku tercinta..
Uang ibu sudah habis, kamu belum juga ditemukan.. ibu putus asa ? belum nak.. tapi ibu harus terus berusaha.. ibu balik lagi ke Korea dan bekerja lagi. Selesai dengan kontrak di Korea, ibu kerja di Malaysia.. ibu terus dan terus bekerja keras, mengumpulkan uang, semuanya untuk kamu. Ibu masih percaya suatu saat Allah akan mempertemukan kita..
Sepuluh tahun berlalu, sampai saat ini ibu tak menikah.. bukan berarti tak ada pria yang mendekati ibu, ibu sudah mati rasa, tak ada lagi cinta di hati ibu selain cinta ayahmu dan kamu nak.. ibu hidup hanya untuk kamu.
Akhirnya suatu hari ada orang yang bijaksana yang menyadarkan ibu, bahwa hidup ini tak selamanya terus melihat masa lampau, masih ada masa depan yang perlu kita songsong. Ibu harus berubah jangan terus terpuruk dengan masa lalu.
Jadi maafkan ibumu nak, kalau di tahun ke 15 usiamu, kemudian ibu menikah dengan seorang lelaki Malaysia yang sangat baik. Sama baiknya dengan ayahmu.
Pada beliau ibu ceritakan dengan jujur kondisi ibu sebelumnya, siapa dan bagaimana ibu sampai terdampar di Malaysia.
Subhanallah Nak… mungkin berkat doamu juga… ibu mendapatkan suami yang begitu mau mengerti, begtu baik.. beliau juga yang memberi semangat ibu bahkan setiap kali kami pulang ke Indonesia, disempatkan sekali lagi mencari informasi keberadaanmu… namun semuanya nihil nak…
Suami ibu sekarang punya bisnis di Indonesia, itu sebabnya ibu dan suami ibu sering bolak balik Indonesia. Pesawat Kuala Lumpur Malaysia sudah ada route ke Bandung. Ibu lebih sering ke Bandung dari pada ke Tangerang tempat nenek dan kakek kamu , orang tua ibu berada…
Saat ibu dan suami di Bandung dan terkadang melewati RS Hasan Sadikin, ibu tak pernah tidak menitikkan air mata bahkan nangis tersedu-sedu di pelukan suami ibu…
Dan dengan sabarnya…suami ibu terus meminta ibu untuk sabar, ikhlas dan tetap mendoakan kamu dimanapun kamu berada.
Sayang sekali, kebahagiaan ibu mempunya suami kurang lengkap nak.. karena hampir sepuluh tahun kami berumah tangga, kami belum dikaruniai anak. Ibu dan suami kemudian mengangkat seorang anak perempuan yang lucu untuk melengkapi kebahagiaan kami meskipun kamu sama sekali tak pernah ibu lupakan.
Sekali lagi, Allah masih terus menguji ibu… saat ibu tengah berbahagia bersama suami yang baik dan anak angkat yang manis dan lucu. Setahun yang lalu, datanglah ujian lainnya.. ibu terkena penyakit kanker di tulang hidung dan telinga.. dokter memvonis ibu sudah kanker stadium II, Namun ibu masih percaya ibu pasti sembuh dan masih bisa bertemu dengan kamu.. lagi-lagi kamulah penyemangat ibu untuk terus sembuh. Ibu terus berusaha berobat ke sana sini, ke RS di Malaysia, di Indonesia, juga di China.. Ke alternatif, Shinshe sampai orang pintar juga sudah ibu jalani selama hampir setahun ini.
Namun rupanya Tuhan berkehendak lain, segala upaya yang ibu usahakan belum menampakkan hasil yang maksimal, bahkan kalau kamu melihat foto ibu setahun lalu yang masih cantik dengan rambut panjangnya… kamu pasti tak mengenali ibu yang sekarang.. .. kanker sudah menyebar ke mana-mana, daging tumbuh besar di leher dan dibelakang kepala sudah semakin membesar. Ibu bahkan sudah tidak bisa mendengar orang bicara dalam jarang kurang dari 1 meter.
Ibu masih percaya ada mukjizat yang akan Allah berikan, ibu percaya Allah masih sayang ibu, ibu masih percaya diakhir khayat ibu kelak ibu masih bisa bertemu kamu.
Anakku yang selalu ibu rindukan..
Seminggu yang lalu, dokter sudah memvonis ibu, umur ibu tak akan lebih dari 1 bulan lagi. Kemoterapi yang ibu jalankan saat ini hanya untuk membuat ibu bertahan lebih lebih.. Ibu percaya, Dokter bukan Tuhan.. Umur manusia Allah yang menentukan. Meskipun ibu masih semangat untuk terus hidup dan bisa bertemu kamu lagi, namun ibu juga sudah pasarah , saat ini ibu sudah ikhlaskan kapan saja ibu akan dipanggil Allah, ibu sudah siap. Ibu ikhlaskan andai kita tak pernah bertemu sampai akhir khayat ibu, bukan berarti ibu tak pernah menyanyangi kamu dan tak pernah berusaha mencari kamu. Allah Yang Maha Tahu.
Biarlah Allah yang menunjukkan kamu keberadaan ibu.. meskipun cuma berupa seonggok nisan.
Ibu sudah lega sekarang nak, ganjalan yang ada di hati ibu selama 23 tahun sudah ibu lepaskan, ibu kemarin sudah bercerita panjang pada sahabat ibu, sahabat masa kecil ibu yang baru dua bulan lalu bertemu kembali setelah hampir 20 tahun tak bertemu, ibu ceritakn semua ini kepadanya. Ibu percaya pada sahabat ibu ini, kami berdua dulu teman main masa kecil..sama-sama suka membaca, bahkan kemarinpun ketika sahabat ibu datang ke RS ini, dia tidak membawa apa-apa, dia cuma membawa majalah untuk ibu baca-baca… dia sangat paham apa yang ibu suka.
Anakku terkasih..
Ibu sudah pesankan juga pada keluarga ibu, Jika Allah memberikan pentujuk dan jalan keberadaanmu ,ibu akan ikhlaskan dan hibahkan rumah yang ibu miliki untuk kamu. Rumah itu ibu beli dari uang hasil keringat ibu sendiri, untuk kamu, sebagai penebus rasa bersalah ibu karena ibu tak berhasil menemukan kamu juga sebagai bukti betapa ibu sangat mencintai kamu..
Terakhir, sebelum ibu menutup mata.. jika berkat teknologi kamu bisa membaca surat ini, tolong maafkan ibumu.. juga ayahmu yang tak sempat membesarkanmu.
Apapun agama kamu, tolong doakan kami ayah dan ibumu… semoga kita bisa bertemu dan berkumpul bersama di surga kelak.
Peluk dan Cium selalu dari ibumu.
TST yang berubah menjadi TNK